Sepatu running belum kering dan sendal trekking pun diajak sharing. :)
Sebatas Tepian
Ahad, February 28 2016
Ba'da ashar dengan suasana langit yang redup.
Di bawah atap gazebo ini ku memandang.
Tampak wajah awan yang kurindukan.
Menahan sendu? Iya. Yakinku akan rasa ini.
Pepohonan di sekitarku berdiam diri seakan-akan terenyuh.
Angin di permukaan danau pun semilir menyapa.
Namun diriku hanya diam menanti senja, menanti rintik.
Akhirnya...
Siapa yang akan menyangka?
Layaknya gedung bertingkat 3 di seberang sana, Sebatas Tepian. :)
Wisuda Universitas Muhammadiyah Malang Periode ke 79
Tidak banyak yang ingin saya ceritakan, karena memang saya belum wisuda.
Kebetulan hari ini ada beberapa asisten lab teknik elektro yang senior berwisuda, mau tidak mau sebagai salah satu bentuk penghormatan sang junior kepada senior haruslah menyambutnya ketika keluar dari UMM Dome.
Pagi hari sembari menunggu siang, kita (para asisten yang belum wisuda) seperti biasanya pada hari sabtu, yap, rapat. Rapat ini guna 'menyambut' diadakannya praktikum semester genap, Lebih lanjut mengenai rapat gak akan dibahas pada postingan ini. hehe
Ba'da Dhuhur, kita (para asisten yang belum wisuda) berangkat menuju lokasi wisuda di UMM Dome dengan membawa seperangkat alat sholat hadiah kenang-kenangan ala wisuda-wisuda pada umumnya. Berjalan turun dari laboratorium teknik elektro yang berada di lantai tiga gedung laboratorium teknik. Kemudian mengitari hellypad menuju lahan bazza. Hingga akhirnya tiba di lokasi UMM Dome depan gate B, dan itupun kami masih menunggu bersama manusia lainnya yang menanti wisudawan-wisudawati.
Sekitar jam 1 lewat, para wisudawan dan wisudawati keluar dari gedung setengah bola tersebut, kita (para asisten yang belum wisuda)-pun masih menanti para sepuh gaje. Bahkan hingga kehujanan.
Selesai.
---
*Nanggung Ngegantung? emang dibikin gitu. haha.
The overture to a long trip
Kata kunci : Instruktur PATI, WBL, kehujanan, liburan terakhir, perjalanan panjang, cie.
Semangat Pagi Anak-Anak SD!
Ada hal yang berbeda pada subuh kali ini di A.R. Fachruddin.
Terlihat ada tiga orang anak kecil yang mana jika dinilai dari wajah mereka tampak wajah lugu layaknya anak-anak SD pada jamanku, bukan seperti anak-anak SD jaman sekarang yang dapat dikatakan sebagian besar sudah "terkontaminasi" oleh sinetron-sinetron (maaf) biadab.
Sedikit bercerita.
Anak SD yang pertama menggunakan baju muslim dengan celana super cingkrang (bahkan cingkrang-nya celana ku masih kalah), berada di masjid sepertinya atas ajakan kakeknya (?) bisa dikatakan kakek karena dari rentang tampilan wajah mereka berdua agak berjauhan rentang usianya. hehe
Setelah sholat subuh berakhir, si anak kecil ini tidur-tiduran di karpet sajadah masjid dan si kakek seakan-akan menggoda-nya. (Jadi teringat masa kecil, bokap suka sekali menggoda (menggangu tidur -pen) putra sulungnya ini ketika beliau mau berangkat ke masjid)
Anak SD yang kedua menggunakan baju muslim berwarna merah, dari awal ketika saya menginjakkan kaki di Fachruddin hari ini (yang terlihat oleh mata saya) kerjaannya tidur-tiduran di barisan keempat sajadah shof keempat (atau kelima? sebelah kiri dekat pintu/jendela masjid. Bahkan ketika sholat berakhir pun yang saya lihat masih tidur-tiduran dan disisi anak tersebut ada ayahnya? sepertinya begitu.
Entah sang ayah menemani anaknya dari pra-sholat hingga pasca-sholat sehingga tidak ikut barisan sholat (sholat di shof tersendiri) atau bisa jadi beliau ketika sholat meninggalkan sang anak untuk ikut barisan sholat subuh kemudian kembali ke sisi anaknya ketika ba'da salam, atau bisa jadi keduanya sebenarnya mengikuti barisan sholat, namun ketika ba'da salam mereka kembali ke checkpoint sebelumnya. Wallahu a'lam.
Anak SD yang ketiga, hanya teringat dia keluar bersama ayahnya (?) sewaktu pulang dan terdengar bunyi alarm mobil. (Jadi ingin punya mobil juga deh -_-") .
Terlepas dari apakah benar bahwasanya mereka bertiga adalah Anak SD, ada perasaan bahagia tatkala melihat ada anak-anak dengan wajah-wajah masih imut seperti itu berada di lingkungan masjid di waktu subuh.
Sepertinya jadi semakin ingin menikah
Transisi Rasa
Entah mengapa tengah malam ini terasa lebih hening.
Apakah boleh jikalau saja aku menyalahkan lampu kamar ini, lampu tidur ini?
Cangkang lampu tidur yang kubuat dari kertas origami dan kubentuk mirip tempat favoritku.
Indah memang, memancarkan warna biru dari bagian dalamnya. Namun kali ini hanya menambah suasana kamar ini menjadi semakin dingin, hening, dan sepi.
Hmmm. Menatap langit-langit kamar yang membiru, meski tak seindah langit biru yang sesungguhnya. Mungkin hanya sebatas merindu. Ya, mungkin.
Just feeling kinda more blue tonight