Samawa?

Pernah disuatu masa mengikuti sholat isya dan tarawih berjamaah di Masjid AR.Fachruddin. Seperti biasa, diantara sholat isya dan tarawih ada kultum. Cukup menarik, karena ada sepenggal hal yang terkenang.
Subhanallaah! Sangat tidak nyaman menjadi orang yang mengontrak itu! Sangat tidak nyaman! Satu tahun habis, ini mau diperpanjang apa tidak? Naik! Begitu dan seterusnya. Namun begitu kita punya rumah (tempat tinggal) hati kita menjadi sakinah.
Yaa, begitulah analogi yang disampaikan oleh penceramah kala itu. Bahwa bagi pemuda/remaja yang belum mendapatkan tambatan hatinya, ia tidak sakinah. Jiwanya itu mengembara kemana-mana! terikat, putus, galau, update status dan kurang lebih seperti itu. Namun begitu mendapatkan seorang suami/istri, maka jiwa kita akan menumbuhkan rumah dan disitulah kita akan mendapatkan kebahagian.

Nah, di dalam kebahagian kita ini bukanlah karena fisik (bukankah dikatakan Sakinah Mawaddah Warahmah ?). Ya, mawaddah itu adalah perasaan senang/cinta karena fisik dan terutama wajah (karena wajah itulah 80% dari karakteristik manusia).

Jadi kita itu senang pada orang itu karena wajah/fisik! Tapi berapa lama usia fisik itu? berapa lama usia kegagahan itu? berapa lama usia kecantikan itu? Tidak lama! Karena secara fisik, kita mengalami proses degeneratif.

Maka daripada itu islam adalah agama yang luar biasa karena tidak cukup Mawaddah, namun juga Warahmah yang mana artinya ikatan kasih atau ikatan cinta yang melampaui fisik karena yang menjadi standar adalah Hatinya.

Kapankah kita mendapatkan kebahagian itu? Saat bersamanya, yaa, saat bersamanya.

 *Catatan Ramadhan 1436H Seri 2